Acara Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau yang digelar di Pekanbaru kemarin, 7 November 2025, berjalan tanpa hambatan berarti. Para kader dari berbagai kabupaten, termasuk Rokan Hilir yang menjadi basis kuat Yulisman, menyambut keputusan ini dengan sorak sorai. "Ini momen penting bagi kami untuk menyatukan visi dan menguatkan posisi Golkar di Riau," ujar salah seorang kader senior yang hadir di lokasi.
Latar Belakang Yulisman: Dari Rokan Hilir ke Panggung Provinsi
Yulisman bukan nama baru di kancah politik Riau. Lahir dan besar di Rokan Hilir, kabupaten yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya seperti minyak dan sawit, ia memulai karir politiknya sebagai anggota DPRD setempat. Pengalamannya di legislatif lokal membuatnya paham betul tantangan masyarakat Rokan Hilir, mulai dari isu infrastruktur hingga konflik agraria.
Pria berusia 52 tahun ini pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Rokan Hilir sebelum melangkah ke tingkat provinsi. Kiprahnya di Golkar dimulai sejak awal 2000-an, di mana ia aktif dalam program pemberdayaan masyarakat pedesaan. "Yulisman adalah sosok yang dekat dengan rakyat. Dia tahu bagaimana membangun jembatan antara aspirasi lokal dan kebijakan nasional," kata seorang analis politik independen di Pekanbaru.
Pemilihan aklamasi ini datang di saat yang tepat. Pasca-Pemilu 2024, Golkar Riau sempat mengalami guncangan internal akibat perbedaan pandangan strategi kampanye. Beberapa kader muda menuntut reformasi, sementara senior lebih condong ke pendekatan konservatif. Yulisman, dengan gaya kepemimpinannya yang inklusif, dianggap mampu menjembatani keduanya.
Proses Musda: Harmoni di Tengah Tekanan Eksternal
Musda Golkar Riau kali ini diwarnai suasana harmonis, berbeda dengan prediksi awal yang menyebutkan potensi friksi. Lebih dari 200 delegasi dari 12 kabupaten/kota hadir, termasuk perwakilan dari Rokan Hilir yang datang dengan semangat tinggi. Agenda utama adalah pemilihan ketua, dan nama Yulisman muncul sebagai konsensus sejak awal.
Tidak ada kandidat tandingan yang maju, sebuah indikasi kuat solidaritas internal. "Kami sepakat bahwa Yulisman adalah pilihan terbaik untuk memimpin kami melewati gejolak politik yang ada," ungkap Sekretaris DPD Golkar Riau dalam konferensi pers pasca-acara. Gejolak yang dimaksud meliputi isu korupsi di sektor migas, persaingan ketat antarpartai jelang Pilkada 2027, hingga dampak ekonomi global yang memukul harga komoditas unggulan Riau.
Di sela-sela acara, Yulisman menyampaikan pidato pembukaan yang menyentuh. Ia menekankan pentingnya Golkar sebagai partai yang pro-rakyat, bukan sekadar mesin politik. "Kita harus kembali ke akar, mendengar suara masyarakat Rokan Hilir, Siak, hingga Pelalawan. Kebangkitan Golkar dimulai dari sini," tegasnya, disambut tepuk tangan meriah.
Visi 2025-2030: Fokus Pembangunan dan Regenerasi Kader
Di bawah kepemimpinan Yulisman, Golkar Riau menargetkan sejumlah program ambisius. Pertama, penguatan basis di daerah-daerah pinggiran seperti Rokan Hilir, di mana isu lingkungan dan ekonomi menjadi prioritas. Ia berencana mendorong inisiatif hijau, seperti program reboisasi di lahan bekas tambang, untuk menjawab kritik terhadap eksploitasi sumber daya alam.
Kedua, regenerasi kader menjadi kunci. Yulisman ingin melibatkan lebih banyak pemuda dan perempuan dalam struktur partai. "Golkar bukan lagi partai orang tua. Kita butuh energi segar untuk menghadapi era digital dan politik berbasis data," jelasnya. Ini sejalan dengan tren nasional di mana partai-partai besar mulai merekrut influencer dan aktivis muda.
Selain itu, partai ini akan fokus pada kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk proyek infrastruktur. Contohnya, percepatan pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai yang akan berdampak positif bagi Rokan Hilir sebagai gerbang utara Riau. "Kita harus pastikan bahwa kebangkitan Golkar membawa manfaat nyata bagi masyarakat," tambah Yulisman.
Dampak Kebangkitan Golkar di Politik Lokal Riau
Kepemimpinan baru ini diprediksi akan mengubah peta politik Riau. Golkar, yang sempat kehilangan kursi signifikan di DPRD provinsi pada Pemilu lalu, kini punya peluang comeback. Analis memperkirakan bahwa dengan Yulisman di kemudi, partai bisa merebut kembali suara di basis tradisional seperti Rokan Hilir, di mana dukungan masyarakat terhadap Golkar masih kuat berkat program sosial masa lalu.
Namun, tantangan tak kalah besar. Gejolak politik lokal, termasuk persaingan dengan PDIP dan NasDem yang semakin dominan, serta isu nasional seperti inflasi dan ketenagakerjaan, akan menguji ketangguhan Yulisman. "Ini awal yang bagus, tapi keberhasilan tergantung pada eksekusi visi," kata seorang pengamat dari Universitas Riau.
Bagi masyarakat Rokan Hilir, pemilihan ini membawa harapan. Sebagai putra daerah, Yulisman diharapkan bisa mendorong alokasi anggaran lebih besar untuk pembangunan lokal, seperti peningkatan fasilitas kesehatan dan pendidikan. "Kami bangga punya wakil di tingkat provinsi yang paham betul kondisi kami," ujar seorang warga Bagansiapiapi, ibu kota Rokan Hilir.
Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah
Dengan terpilihnya Yulisman secara aklamasi, Golkar Riau memasuki babak baru. Partai Beringin, simbol ketangguhan dan adaptasi, siap menghadapi badai politik yang datang. Ini bukan hanya tentang jabatan, tapi tentang membangun fondasi kuat untuk generasi mendatang.
Di tengah hiruk-pikuk politik nasional, cerita dari Riau ini mengingatkan kita bahwa perubahan sering dimulai dari level lokal. Yulisman dan timnya kini punya tugas berat: membuktikan bahwa kebangkitan ini bukan sekadar slogan, melainkan realitas yang bisa dirasakan oleh setiap warga Riau. Pantau terus perkembangannya, karena politik Riau baru saja memasuki fase menarik.
