Kebakaran di Pekanbaru bukanlah hal baru, tapi kali ini skalanya lebih besar dan mengejutkan. Lokasi kejadian berada di Jalan Sudirman, sebuah area ramai yang dikelilingi oleh rumah-rumah semi permanen dan toko kecil. Menurut saksi mata, api pertama kali muncul dari rumah milik Bapak Ahmad, seorang pedagang kaki lima berusia 52 tahun. "Saya lagi duduk di teras, tiba-tiba ada bau gosong. Pas lihat, kipas angin di kamar belakang sudah menyala-nyala," cerita Ahmad saat ditemui di lokasi pengungsian sementara. Kipas angin itu, yang sudah dipakai selama bertahun-tahun tanpa perawatan rutin, menjadi titik awal bencana. Korsleting listrik, yang sering kali disebabkan oleh kabel aus atau beban listrik berlebih, dengan cepat menyebar ke bangunan tetangga.
Proses penyebaran api berlangsung sangat cepat, hanya dalam hitungan menit. Angin kencang yang bertiup sore itu memperburuk situasi, membuat lidah api melompat dari satu atap ke atap lainnya. Empat bangunan yang terbakar termasuk dua rumah tinggal, satu warung makan, dan sebuah gudang penyimpanan barang dagangan. "Kami coba padamkan dengan ember dan selang air, tapi api sudah terlalu besar," ujar Ibu Siti, tetangga korban yang rumahnya nyaris ikut tersambar. Warga berhamburan keluar rumah, membawa apa saja yang bisa diselamatkan: anak-anak kecil digendong, tas berisi uang tunai dan surat-surat berharga, serta hewan peliharaan yang ketakutan.
Tim pemadam kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Pekanbaru tiba di lokasi sekitar 20 menit setelah laporan pertama masuk. Mereka mengerahkan tiga unit mobil damkar dan puluhan petugas untuk memadamkan api. "Kami berhasil mengendalikan api setelah satu jam perjuangan. Tantangannya adalah akses jalan yang sempit dan kepadatan penduduk," kata Kepala DPKP Pekanbaru, Budi Santoso, dalam konferensi pers singkat malam tadi. Meski api akhirnya dipadamkan, kerugian materiil diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Barang-barang seperti perabot, pakaian, dan stok dagangan di gudang ludes dilahap si jago merah.
Dampak dari kebakaran ini tidak hanya sebatas kerugian finansial. Puluhan warga kini mengungsi ke masjid terdekat dan tenda darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah. "Saya kehilangan semua foto keluarga dan sertifikat rumah. Bagaimana mau mulai lagi?" keluh Ahmad, yang kini hanya punya pakaian seadanya. Banyak korban yang merupakan buruh harian merasa khawatir dengan masa depan mereka, terutama di tengah ekonomi yang masih belum stabil pasca-pandemi. Anak-anak kecil tampak trauma, beberapa di antaranya menangis sepanjang malam karena kehilangan mainan dan tempat tidur favorit mereka.
Pihak berwenang langsung bergerak cepat untuk memberikan bantuan. Gubernur Riau, melalui dinas sosial setempat, telah mengirimkan paket sembako, selimut, dan obat-obatan dasar. "Kami akan lakukan investigasi mendalam untuk memastikan penyebab pasti dan mencegah kejadian serupa," janji Budi Santoso. Selain itu, tim listrik dari PLN wilayah Riau sedang memeriksa instalasi listrik di sekitar lokasi untuk menghindari risiko korsleting lebih lanjut. Kampanye keselamatan listrik pun digencarkan, mengingat musim kemarau panjang tahun ini membuat bahan mudah terbakar semakin rentan.
Kebakaran akibat korsleting kipas angin bukanlah kasus isolated di Indonesia. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan bahwa lebih dari 30% kebakaran rumah tangga disebabkan oleh masalah listrik, termasuk peralatan rumah tangga yang rusak. Di Riau sendiri, dengan iklim tropis yang lembab dan panas, peralatan seperti kipas angin sering kali overused tanpa pemeriksaan rutin. "Ini pelajaran berharga bagi kita semua. Jangan abaikan tanda-tanda kecil seperti kabel panas atau bau aneh," pesan seorang ahli keselamatan dari Universitas Riau yang turut memantau kejadian ini.
Bagi warga Pekanbaru, insiden ini menjadi pengingat untuk lebih waspada. Beberapa tips sederhana yang bisa diterapkan sehari-hari: periksa kabel listrik secara berkala, jangan overload stop kontak, dan pasang alat pendeteksi asap di rumah. "Kami harap bantuan dari pemerintah dan masyarakat bisa membantu kami bangkit lagi," kata Ibu Siti dengan nada optimis, meski matanya masih berkaca-kaca.
Saat ini, situasi di lokasi kejadian sudah mulai tenang. Petugas keamanan berjaga untuk mencegah pencurian di reruntuhan bangunan. Pemerintah kota berencana membangun kembali area tersebut dengan standar keselamatan yang lebih baik, termasuk jalan akses yang lebih lebar. Kisah kebakaran hebat di Pekanbaru ini bukan hanya tentang kehancuran, tapi juga tentang ketangguhan warga Riau yang selalu bangkit dari musibah. Mari kita dukung mereka dengan doa dan aksi nyata, agar tragedi seperti ini tak terulang lagi.
