Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca

Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik

Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
(Foto : JPNN.com)

Kabar RiauDi tengah gejolak ekonomi global yang tak menentu, kabar baik datang dari sektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau. Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk mitra swadaya baru saja ditetapkan naik menjadi Rp3.698,50 per kilogram untuk periode 15 hingga 21 Oktober ini. Kenaikan ini, meski terlihat sederhana sekitar 1,16 persen dari pekan sebelumnya, membawa angin segar bagi ribuan petani yang bergantung pada komoditas ini sebagai sumber penghidupan utama. Bayangkan saja, bagi seorang petani dengan lahan seluas 2 hektare yang memproduksi sekitar 20 ton TBS per bulan, tambahan ini bisa berarti peningkatan pendapatan hingga jutaan rupiah. Tapi, apa sebenarnya yang mendorong lonjakan ini, dan bagaimana dampaknya jangka panjang?

Mengapa Harga TBS Sawit Riau Melonjak di Oktober 2025?

Untuk memahami kenaikan harga TBS kelapa sawit di Riau pada Oktober 2025, kita perlu melihat ke belakang sedikit. Penetapan harga ini dilakukan secara rutin oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau bersama tim ahli, berdasarkan faktor-faktor seperti harga crude palm oil (CPO) dan kernel di pasar internasional. Pekan ini, harga CPO lokal mencapai sekitar Rp14.921 per kilogram, sementara kernel berada di kisaran Rp13.847 per kilogram. Ini adalah peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya, didorong oleh permintaan global yang meningkat, terutama dari negara-negara pengimpor seperti India dan Eropa yang sedang memulihkan stok minyak nabati mereka pasca-pandemi dan konflik geopolitik.

Faktor lain yang tak kalah penting adalah perbaikan tata kelola di tingkat provinsi. Tim penetapan harga telah mengadopsi tabel rendemen baru dari kajian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, yang memastikan perhitungan lebih akurat dan adil. Hasilnya? Harga TBS untuk berbagai umur tanaman sawit ikut terdongkrak. Misalnya, untuk sawit umur 9 tahun—yang sering menjadi patokan utama—harga swadaya naik Rp42,30 per kilogram, sementara untuk mitra plasma mencapai Rp3.714,14 per kilogram dengan kenaikan tertinggi Rp28,03. Ini bukan sekadar angka; ini mencerminkan upaya kolektif untuk menjaga keseimbangan antara petani dan perusahaan pengolah.

Tren global juga berperan besar. Harga minyak sawit mentah di bursa internasional seperti Bursa Malaysia Derivatives telah naik sekitar 5 persen dalam sebulan terakhir, dipicu oleh kekhawatiran pasokan akibat cuaca ekstrem di wilayah produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia. Riau, sebagai provinsi dengan luas lahan sawit terbesar di Indonesia—mencapai lebih dari 2,5 juta hektare—tentu saja merasakan imbas positif ini. Petani di daerah seperti Pelalawan atau Kampar, yang sering bergelut dengan fluktuasi harga, kini bisa bernapas lega setidaknya untuk seminggu ke depan.

Dampak Positif bagi Petani dan Ekonomi Lokal

Bagi petani kelapa sawit di Riau, kenaikan harga TBS ini seperti hadiah tak terduga di tengah musim panen. Banyak dari mereka yang tergabung dalam kelompok mitra swadaya atau plasma melaporkan bahwa pendapatan harian mereka bisa meningkat hingga 20 persen. Ambil contoh Pak Rahman, seorang petani di Kabupaten Rokan Hilir, yang biasanya menjual TBS-nya ke pabrik terdekat. "Dengan harga Rp3.698 per kg, saya bisa bayar cicilan traktor dan sekolah anak lebih mudah," katanya dalam obrolan santai di warung kopi desa. Cerita seperti ini bukan hal langka; ribuan keluarga di Riau bergantung pada sawit sebagai tulang punggung ekonomi.

Secara lebih luas, lonjakan ini juga mendongkrak ekonomi daerah. Industri pengolahan sawit di Riau, yang mencakup pabrik minyak goreng hingga biodiesel, akan melihat peningkatan produksi. Menurut perkiraan, kontribusi sektor perkebunan terhadap PDB Riau bisa mencapai 30 persen tahun ini, dengan ekspor CPO yang terus meningkat. Ini juga berarti lebih banyak lapangan kerja, dari buruh panen hingga sopir truk pengangkut TBS. Di tengah inflasi nasional yang masih tinggi, berita seperti ini menjadi penyeimbang yang dibutuhkan masyarakat.

Tapi, mari kita buat lebih mudah dipahami dengan breakdown sederhana:

  • Harga TBS Swadaya (Umur 9 Tahun): Rp3.698,50/kg (naik dari Rp3.656,20/kg pekan lalu).
  • Harga TBS Plasma (Umur 9 Tahun): Rp3.714,14/kg (naik Rp28,03/kg).
  • Faktor Pendukung: Naiknya harga CPO global karena permintaan ekspor dan penurunan stok dunia.
  • Periode Berlaku: 15-21 Oktober 2025, dengan peninjauan ulang minggu depan.

Perspektif Alternatif: Berkah Ekonomi atau Ancaman Lingkungan?

Meski kenaikan harga ini disambut suka cita, ada perspektif lain yang patut kita pertimbangkan. Bagaimana jika lonjakan ini justru mendorong ekspansi lahan sawit yang berlebihan? Riau dikenal sebagai hotspot deforestasi, di mana pembukaan lahan baru sering kali mengorbankan hutan tropis dan habitat satwa liar seperti harimau Sumatera. Para aktivis lingkungan berargumen bahwa tren naik seperti ini bisa memperburuk masalah karhutla (kebakaran hutan dan lahan), yang sering terjadi saat musim kemarau untuk membersihkan lahan sawit.

Dari sudut pandang ini, kenaikan harga TBS bisa diinterpretasikan sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, untung besar bagi petani; di sisi lain, tekanan lebih besar pada ekosistem. Apakah pemerintah daerah bisa menjamin bahwa kenaikan ini diikuti dengan praktik berkelanjutan, seperti sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)? Atau, bisakah kita membingkai ulang ini sebagai kesempatan untuk beralih ke model pertanian ramah lingkungan, seperti intercropping dengan tanaman lain untuk mengurangi ketergantungan pada sawit monokultur?

Tantangan lain datang dari volatilitas pasar. Apa jadinya jika harga global anjlok lagi karena perubahan regulasi EUDR (EU Deforestation Regulation) yang semakin ketat? Petani kecil mungkin terjebak dalam siklus boom-bust, di mana untung besar hari ini berubah menjadi kerugian besok. Pendekatan yang lebih holistik, seperti diversifikasi usaha atau asuransi harga, mungkin perlu didorong untuk menjaga kestabilan jangka panjang.

Apa Selanjutnya untuk Petani Sawit Riau?

Pada akhirnya, kenaikan harga TBS kelapa sawit di Riau pada Oktober 2025 ini adalah cerita sukses sementara yang patut dirayakan, tapi juga dievaluasi dengan hati-hati. Bagi petani, ini saatnya memanfaatkan momentum untuk berinvestasi kembali ke lahan mereka—mungkin dengan bibit unggul atau teknik irigasi modern. Bagi pemerintah dan industri, ini pengingat untuk memperkuat regulasi agar pertumbuhan ekonomi tak mengorbankan alam.

Jika Anda petani atau pelaku usaha di sektor ini, pantau terus update harga mingguan dari dinas terkait. Tren global menunjukkan potensi kenaikan lanjutan, tapi tetap waspada terhadap risiko. Di Riau, sawit bukan hanya tanaman; ia adalah bagian dari identitas dan masa depan masyarakat. Mari kita pastikan untung besar ini berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
  • Harga Sawit Riau Tembus Rp3.698/kg! Petani Panen Untung Besar di Tengah Tren Global Naik
Posting Komentar