Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca

Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!

Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas di kolam ikan
(Foto : Detiknews.com)

Kabar RiauSebuah pagi yang seharusnya cerah berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga kecil di Desa Tanjung Alai, Kabupaten Kampar. Bocah laki-laki berusia lima tahun, yang dikenal lincah dan penuh semangat, ditemukan tak bernyawa setelah tenggelam di bekas kolam ikan yang sudah lama terbengkalai. Kejadian tragis ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi orang tuanya, tapi juga memicu gelombang kemarahan di kalangan warga setempat. Mereka menuntut agar pihak berwenang segera menutup dan merehabilitasi area berbahaya itu, sebelum korban jiwa berikutnya jatuh.

Peristiwa menyedihkan ini terjadi pada Rabu pagi, sekitar pukul 09.00 WIB, ketika sang bocah, yang kita sebut saja dengan inisial AR, sedang bermain di sekitar rumahnya. Menurut keterangan dari tetangga yang menjadi saksi mata, AR tiba-tiba menghilang dari pandangan. "Saya lihat dia lari-lari ke arah belakang rumah, dekat kolam tua itu. Kami biasa bilang itu tempat angker, tapi anak kecil mana paham bahaya," ujar Ibu Siti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian. Pencarian panik pun dilakukan, dan tubuh mungil AR ditemukan mengapung di air keruh kolam yang sudah ditumbuhi lumut dan rerumputan liar.

Latar Belakang Kolam Ikan Terbengkalai: Ancaman yang Terlupakan

Kolam ikan yang menjadi lokasi tragedi ini dulunya adalah bagian dari usaha budidaya ikan lele yang dikelola oleh warga setempat. Namun, sejak pandemi COVID-19 melanda pada 2020, pemiliknya bangkrut dan meninggalkan kolam begitu saja. Kini, area seluas sekitar 500 meter persegi itu berubah menjadi genangan air stagnan, dikelilingi pagar rusak dan tanpa pengawasan. Airnya yang dalam hingga dua meter membuatnya seperti jebakan mematikan, terutama bagi anak-anak yang sering bermain di sekitarnya.

Warga Desa Tanjung Alai mengaku sudah berulang kali melaporkan kondisi ini ke pemerintah desa dan kecamatan. "Kami pernah demo kecil-kecilan tahun lalu, tapi cuma janji-janji doang. Kolam ini seperti pembunuh senyap, diam-diam menunggu korban," kata Pak Rahman, ketua RT setempat, dengan nada geram. Menurutnya, bukan hanya AR yang menjadi korban; setidaknya ada dua insiden serupa dalam dua tahun terakhir, meski tak sampai fatal. Kolam terbengkalai seperti ini bukan fenomena langka di Kampar. Data dari Dinas Pertanian setempat menunjukkan puluhan kolam bekas usaha serupa yang tersebar di wilayah pedesaan, akibat fluktuasi harga ikan dan kurangnya dukungan pemerintah.

Faktor cuaca juga turut memperburuk situasi. Musim hujan yang baru saja dimulai membuat air kolam meluap, menciptakan genangan yang lebih luas dan berbahaya. "Anak-anak suka main air, apalagi kalau hujan deras. Tapi siapa sangka, itu jadi akhir hidupnya," tambah Ibu Siti, sambil menahan isak.

Reaksi Keluarga dan Masyarakat: Dari Duka ke Aksi

Keluarga AR, yang terdiri dari ayah buruh harian dan ibu penjual gorengan, masih shock berat atas kehilangan ini. Sang ayah, Bapak Joko, tak kuasa menahan air mata saat ditemui di rumah duka. "Dia anak satu-satunya kami. Baru kemarin dia bilang mau jadi polisi besar. Sekarang, semuanya hilang," ceritanya pilu. Proses pemakaman dilakukan sore itu juga, dihadiri ratusan warga yang datang untuk memberikan dukungan moral.

Tragedi ini langsung memicu reaksi keras dari masyarakat. Malam harinya, puluhan warga berkumpul di balai desa, menuntut penutupan segera kolam tersebut. "Kami tak mau tunggu korban lagi. Tutup sekarang, atau kami tutup sendiri!" teriak salah seorang demonstran. Mereka juga meminta pemerintah daerah untuk melakukan audit terhadap semua area terbengkalai di Kampar, termasuk bekas tambang dan lahan kosong yang berpotensi bahaya.

Kepala Desa Tanjung Alai, Bapak Supardi, mengakui kelalaian ini. "Kami sudah koordinasi dengan kecamatan. Rencananya, besok pagi tim akan datang untuk memasang pagar sementara dan menguras air. Tapi ini butuh anggaran lebih besar dari kabupaten," katanya dalam konferensi pers dadakan. Sementara itu, Polres Kampar telah membuka penyelidikan, meski sementara ini diklasifikasikan sebagai kecelakaan murni. "Kami akan periksa apakah ada unsur kelalaian dari pemilik lahan," ujar Kapolres AKBP Andi Yulianto.

Dampak Lebih Luas: Pelajaran untuk Pencegahan di Kampar

Kejadian ini bukan sekadar berita lokal; ia menjadi cermin bagi masalah keselamatan anak di daerah pedesaan Riau. Kabupaten Kampar, yang dikenal dengan kekayaan alamnya seperti sungai dan hutan, sering kali menghadapi risiko serupa. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kecelakaan tenggelam merupakan penyebab kematian anak terbesar kedua di wilayah ini, setelah kecelakaan lalu lintas.

Aktivis lingkungan setempat, seperti dari LSM Hijau Kampar, melihat ini sebagai panggilan untuk aksi. "Kolam terbengkalai bukan hanya bahaya fisik, tapi juga lingkungan. Air stagnan bisa jadi sarang nyamuk demam berdarah," kata Direktur LSM tersebut, Ibu Rina. Mereka mengusulkan program rehabilitasi lahan, di mana kolam-kolam ini bisa diubah menjadi taman bermain atau lahan pertanian komunal.

Bagi orang tua di Kampar, tragedi AR menjadi pengingat pahit untuk lebih waspada. "Saya sekarang tak izinkan anak main jauh dari rumah. Lebih baik aman daripada menyesal," ujar seorang ibu di pasar desa. Komunitas juga mulai inisiatif sendiri, seperti patroli sukarela di area rawan, sambil menunggu respons resmi dari pemerintah.

Harapan di Tengah Duka: Menuju Kampar yang Lebih Aman

Meski duka masih menyelimuti Desa Tanjung Alai, ada secercah harapan bahwa tragedi ini akan membawa perubahan. Warga optimis tuntutan mereka akan didengar, terutama dengan sorotan media yang semakin luas. "Kami tak ingin AR jadi korban sia-sia. Biarlah ini jadi pelajaran bagi semua," kata Pak Rahman menutup pembicaraan.

Pemerintah Kabupaten Kampar diharapkan segera bertindak, tidak hanya menutup kolam tersebut tapi juga mencegah kejadian serupa di masa depan. Karena di balik setiap kolam terbengkalai, ada nyawa yang berharga yang bisa hilang dalam sekejap. Mari kita bersama-sama menjaga anak-anak kita, agar tragedi seperti ini tak terulang lagi di tanah Kampar yang kita cintai.

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
  • Tragedi Bocah 5 Tahun Tewas Tenggelam di Kampar: Bekas Kolam Ikan Terbengkalai Jadi Pembunuh Senyap, Warga Tuntut Penutupan Segera!
Posting Komentar