Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca

Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera

Darurat DBD Melanda Pekanbaru
(Foto : RiauNews.com)

Kabar RiauKota Pekanbaru tengah dilanda gelombang darurat demam berdarah dengue (DBD) yang mengkhawatirkan. Hingga akhir September ini, Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat setidaknya 675 kasus DBD di wilayah ibu kota Riau tersebut, angka yang melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya. Lonjakan ini memicu alarm bagi warga, terutama di tengah musim hujan yang semakin intensif, di mana nyamuk Aedes aegypti—vektor utama penyakit ini—berkembang biak dengan cepat. Para ahli kesehatan mendesak masyarakat untuk segera menerapkan prinsip 3M: menguras, menutup, dan mengubur, sebagai langkah pencegahan utama agar wabah ini tidak semakin meluas.

Lonjakan kasus DBD di Pekanbaru bukanlah hal baru, tapi tahun ini terasa lebih ganas. Data sementara menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah anak-anak dan remaja, dengan gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala parah, dan nyeri otot yang sering disalahartikan sebagai flu biasa. "Kami melihat peningkatan signifikan sejak awal September, terutama di kecamatan padat penduduk seperti Tampan dan Marpoyan Damai," ujar seorang petugas kesehatan setempat yang enggan disebut namanya. Rumah sakit-rumah sakit di Pekanbaru, termasuk RSUD Arifin Achmad, kini mulai kebanjiran pasien DBD, dengan ruang isolasi yang hampir penuh. Beberapa kasus bahkan berujung fatal, menyisakan duka bagi keluarga yang kehilangan anggota tercinta.

Apa yang menyebabkan wabah DBD ini meledak di Pekanbaru? Faktor utamanya adalah kombinasi antara curah hujan tinggi yang meninggalkan genangan air di mana-mana, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Pekanbaru, sebagai kota metropolitan di Sumatera dengan populasi lebih dari satu juta jiwa, sering kali menghadapi masalah drainase yang buruk, terutama di kawasan permukiman padat dan pinggiran kota. "Genangan air di ban bekas, pot bunga, atau bahkan selokan yang tersumbat bisa menjadi sarang nyamuk dalam hitungan hari," jelas dr. Andi, seorang dokter spesialis penyakit dalam di salah satu klinik swasta di Pekanbaru. Selain itu, mobilitas tinggi penduduk—baik untuk bekerja maupun beraktivitas sehari-hari—mempermudah penyebaran virus dengue dari satu area ke area lain.

Bagi warga Pekanbaru yang belum familiar dengan DBD, penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejala biasanya muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk, dimulai dengan demam mendadak hingga 40 derajat Celsius, disertai mual, muntah, dan ruam merah di kulit. Pada tahap kritis, pasien bisa mengalami penurunan trombosit yang drastis, menyebabkan pendarahan internal atau syok dengue yang berpotensi mematikan. "Jangan anggap remeh demam biasa. Segera periksakan ke dokter jika gejala bertahan lebih dari dua hari," pesan dr. Andi. Untungnya, DBD bukan penyakit menular antarmanusia, tapi pencegahan tetap menjadi kunci utama.

Untuk mengatasi darurat ini, Pemerintah Kota Pekanbaru telah menggelar berbagai upaya, mulai dari fogging massal di kawasan rawan hingga kampanye edukasi door-to-door. Namun, keberhasilan bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Prinsip 3M yang sering digaungkan—menguras tempat penampungan air seperti bak mandi atau ember setiap minggu, menutup rapat wadah air agar nyamuk tak bisa masuk, dan mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan—adalah langkah sederhana tapi efektif. Selain itu, warga disarankan menggunakan kelambu saat tidur, memasang kawat anti-nyamuk di jendela, dan mengoleskan lotion anti-nyamuk saat beraktivitas di luar rumah, terutama pagi dan sore hari ketika nyamuk paling aktif.

Tak hanya pencegahan individu, komunitas juga berperan besar. Di beberapa RT/RW di Pekanbaru, warga mulai membentuk kelompok kerja bakti mingguan untuk membersihkan lingkungan. "Kami tak mau anak-anak kami jadi korban selanjutnya. Mari kita bersatu lawan DBD," kata Ibu Siti, seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Bukit Raya, yang telah kehilangan tetangganya karena penyakit ini. Kampanye seperti ini diharapkan bisa menekan angka kasus sebelum memasuki puncak musim hujan di Oktober-November mendatang.

Bagi Anda yang tinggal di Pekanbaru atau sekitarnya, inilah saatnya bertindak. Jangan tunggu sampai keluarga terkena dampak. Dengan kesadaran tinggi dan aksi nyata, kita bisa mengendalikan wabah DBD ini. Tetap waspada, jaga kesehatan, dan lindungi orang-orang terdekat. Informasi lebih lanjut bisa didapatkan melalui puskesmas terdekat atau hotline Dinas Kesehatan Riau. Pekanbaru kuat, bersama kita lawan DBD!

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
  • Darurat DBD Melanda Pekanbaru! 675 Kasus Tercatat di September 2025, Warga Diminta Waspada dan Lakukan 3M Segera
Posting Komentar