Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca

Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'

Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
(Foto : Dumai Pos News)

Kabar RiauBayangkan ribuan jiwa bersatu di bawah langit senja Riau yang membara, di mana aroma minyak bumi bercampur dengan hembusan doa yang tulus. Di halaman Masjid Al-Mukarromah, jantung Kilang Pertamina Sungai Pakning, gelombang manusia bergoyang pelan mengikuti irama zikir. Ini bukan sekadar perayaan ulang tahun—ini ledakan syukur yang lahir dari delapan tahun perjuangan, di mana besi dan baja kilang bertemu dengan ruhani yang abadi. Pada Senin malam, 18 November 2025, Tabligh Akbar bertajuk Menebar Syukur, Menguatkan Doa, dan Menggapai Berkah menjadi panggung bagi Ustadz Abdul Somad (UAS) untuk menyentuh hati ribuan peserta. Acara ini, yang digelar PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit II (RU II) Sungai Pakning, bukan hanya refleksi spiritual, tapi juga pengingat bahwa di tengah gemuruh industri, ada ruang untuk kebersamaan yang hangat.

Sebagai jurnalis yang menyaksikan langsung hiruk-pikuk persiapan sejak siang, saya bisa merasakan denyut nadi acara ini. Pekerja kilang dengan seragam biru khas Pertamina berbaris rapi, berdampingan dengan warga desa sekitar yang datang membawa tikar dan senyum lebar. Anak-anak kecil duduk di pangkuan ibu mereka, sementara para ustadz lokal memimpin murottal Al-Quran yang mengalun lembut. Ini adalah Riau asli: tanah yang kaya minyak, tapi juga kaya akan nilai-nilai yang tak ternilai. Dengan kehadiran UAS sebagai penceramah utama, acara ini langsung menjadi magnet bagi masyarakat Riau yang haus akan nasihat yang menyentuh realitas sehari-hari. Bukan kebetulan jika malam itu, jaringan sosial dipenuhi cerita-cerita hangat dari para saksi mata—dari foto keluarga besar hingga video doa bersama yang viral seketika.

Gelora Syukur di Tengah Kilang Minyak: Delapan Tahun Perjalanan KPI yang Penuh Berkah

Kilang Pertamina Sungai Pakning bukanlah nama asing bagi warga Riau. Sejak berdiri pada 2017, fasilitas ini telah menjadi nadi ekonomi daerah, memproses ribuan barel minyak mentah setiap hari menjadi bahan bakar yang menyokong kehidupan jutaan orang. Delapan tahun bukan angka sembarangan; itu adalah delapan kali putaran matahari di mana KPI RU II Sungai Pakning tumbuh dari sebuah proyek ambisius menjadi pilar ketahanan energi nasional. Tapi di balik angka produksi yang mengesankan—seperti peningkatan kapasitas hingga 30 persen dalam tiga tahun terakhir—ada cerita manusiawi yang jarang tersorot.

Peringatan HUT ke-8 ini dirancang bukan sebagai pesta megah dengan kembang api atau pidato formal. Sebaliknya, KPI memilih jalur spiritual yang sederhana tapi mendalam: Tabligh Akbar di masjid yang menjadi saksi bisu perjalanan kilang. "Kami ingin syukur ini bukan sekadar kata-kata, tapi aksi nyata yang menyatukan hati," ujar salah seorang petinggi KPI yang enggan disebut namanya, saat kami berbincang di pinggir lapangan. Acara dimulai pukul 16.00 WIB dengan pembacaan Al-Quran dan sambutan dari manajemen, tapi puncaknya tentu saja saat UAS naik ke mimbar. Ribuan peserta—dari karyawan inti, mitra kontraktor, hingga warga Siak dan Bengkalis—memadati area masjid hingga meluber ke halaman luar. Suasana yang awalnya riuh perlahan mereda, digantikan oleh keheningan penuh harap.

Apa yang membuat acara ini begitu istimewa? Ini adalah perpaduan sempurna antara identitas industri dan nilai lokal Riau. Kilang, yang sering kali dianggap sebagai "raksasa besi" yang dingin, justru membuka pintu lebar-lebar untuk tradisi keagamaan. Dalam konteks Riau yang mayoritas Muslim dan kental dengan budaya pesantren, Tabligh Akbar seperti ini bukan hanya ritual, tapi juga jembatan emosional. Bayangkan: para insinyur yang biasa bergulat dengan pipa dan valve, kini duduk bersila mendengarkan kisah-kisah nabi. Ini adalah momen di mana minyak bumi—simbol kemajuan material—bertemu dengan minyak zaitun ruhani, menciptakan harmoni yang langka di era modern.

Pesan Emas UAS: "Kerja Adalah Ibadah, Silaturahmi adalah Rezeki" yang Mengguncang Jiwa

Saat jam menunjukkan pukul 18.30 WIB, sorak sorai menyambut kedatangan UAS. Dengan langkah tegap dan senyum ramah khasnya, sang ustadz naik ke mimbar di tengah lautan peci dan jilbab. Ceramahnya berlangsung selama hampir dua jam, tapi terasa seperti hembusan angin sepoi yang menyegarkan jiwa lelah. Tema utama? Syukur sebagai kunci keberkahan, dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam rutinitas harian—terutama bagi para pekerja kilang yang bangun sebelum fajar dan pulang setelah maghrib.

"Kerja itu ibadah, saudara-saudara," tegas UAS dengan suara yang menggelegar namun penuh kelembutan. "Bayangkan, setiap tetes minyak yang kalian proses di kilang ini bukan hanya bahan bakar untuk mobil, tapi juga ibadah yang mendekatkan kalian pada-Nya. Tapi ingat, ibadah itu tak lengkap tanpa silaturahmi. Silaturahmi itu rezeki—ia membuka pintu-pintu yang tak terduga." Kata-kata itu seperti petir di siang bolong, menyambar hati para hadirin. Saya melihat seorang pekerja senior, yang biasanya pendiam di ruang kontrol, menitikkan air mata saat UAS bercerita tentang Nabi Muhammad SAW yang selalu menjaga hubungan baik meski di tengah kesibukan dakwah.

UAS tak berhenti di situ. Ia menyentuh isu-isu aktual yang relevan dengan Riau: bagaimana menjaga lingkungan di tengah industri ekstraktif, pentingnya solidaritas umat di masa sulit seperti konflik Palestina, dan bagaimana syukur bisa menjadi tameng dari godaan duniawi. "Kalian di kilang ini adalah penjaga energi bangsa, tapi jangan lupa jaga energinya jiwa kalian," pesannya, disambut anggukan setuju dari seluruh barisan. Bagian yang paling mengharukan adalah saat ia mengajak doa bersama untuk Palestina—sebuah momen di mana infaq mengalir deras, dari recehan hingga amplop tebal, dikumpulkan untuk saudara-saudara di Gaza. "Ini bukan sekadar uang, ini adalah doa yang kita kirimkan lewat tangan-tangan kita," kata UAS, memicu gelombang tangis dan tepuk tangan yang berkepanjangan.

Ceramah UAS bukanlah khotbah kering dari buku teks; ia penuh analogi yang dekat dengan kehidupan Riau. Ia bandingkan kilang dengan badan manusia: pipa sebagai urat nadi, minyak sebagai darah, dan pekerja sebagai jantung yang harus berdetak dengan ikhlas. Pesan itu tak hanya menginspirasi, tapi juga praktis—mengajak hadirin untuk memulai hari dengan shalat subuh berjamaah dan menutupnya dengan silaturahmi di warung kopi desa. Di akhir tausiah, UAS memimpin doa bersama yang panjang, memohon keberkahan untuk KPI, Riau, dan Indonesia. Saat "amin" bergema, udara terasa lebih ringan, seolah beban delapan tahun perjuangan terangkat seketika.

Kebersamaan yang Menyentuh: Dari Pekerja Kilang hingga Warga Desa, Semua Satu Hati

Apa yang membuat Tabligh Akbar ini begitu epik? Bukan skala acaranya—meski ribuan orang hadir—tapi kedalaman kebersamaannya. Saya berjalan-jalan di antara kerumunan, mendengar cerita dari berbagai sudut. Seorang ibu rumah tangga dari Desa Sungai Apit bercerita, "Saya datang karena anak saya kerja di kilang. Tapi malam ini, rasanya seperti keluarga besar yang lama tak bertemu." Di sisi lain, seorang teknisi muda berbagi, "Biasanya hari kerja saya penuh deadline, tapi mendengar UAS, saya sadar: kerja ini bukan beban, tapi panggilan."

KPI sendiri patut diapresiasi atas inisiatif ini. Selama delapan tahun, perusahaan ini tak hanya fokus pada output produksi, tapi juga pada dampak sosial. Program-program seperti pelatihan kerja untuk pemuda lokal, bantuan pendidikan, dan pengelolaan lingkungan hijau telah membangun kepercayaan masyarakat. Tabligh Akbar ini adalah puncak dari komitmen itu—sebuah undangan terbuka yang membuat warga merasa menjadi bagian dari keluarga Pertamina. Bahkan, ada sesi khusus untuk keluarga besar karyawan, di mana anak-anak belajar menggambar masjid sambil mendengarkan qasidah.

Solidaritas tak berhenti di batas masjid. Saat acara usai, panitia membagikan takbir keliling dengan mobil hias, menyusuri jalan-jalan desa hingga larut malam. Ini adalah Riau yang sesungguhnya: ramah, religius, dan penuh gotong royong. Di tengah isu-isu nasional tentang transisi energi, acara seperti ini mengingatkan bahwa kemajuan tak boleh mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

Dampak Jangka Panjang: Menuju Riau yang Lebih Berkah dan Harmonis

Pagi setelah acara, Sungai Pakning terasa berbeda. Para pekerja kembali ke pos mereka dengan semangat baru, sementara warga desa berbagi cerita di pasar pagi. Tabligh Akbar ini bukan akhir, tapi awal dari gelombang positif. Bagi KPI, ini menjadi momentum untuk memperkuat program CSR berbasis spiritual, seperti kelas pengajian rutin atau bantuan masjid desa. Bagi masyarakat Riau, pesan UAS tentang syukur dan silaturahmi bisa menjadi panduan di tengah tantangan ekonomi pasca-pandemi dan fluktuasi harga minyak global.

Lebih luas lagi, acara ini menawarkan pelajaran bagi industri energi nasional: bahwa keberlanjutan bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal hati. Di Riau, provinsi yang menyumbang 60 persen produksi minyak Indonesia, harmoni seperti ini krusial untuk menjaga stabilitas sosial. Bayangkan jika setiap kilang, setiap pabrik, mengadopsi model ini—Indonesia akan menjadi negara yang tak hanya kaya sumber daya, tapi juga kaya rahmat.

Sebagai penutup, momen epik di Kilang Sungai Pakning ini mengajarkan satu hal: syukur bukanlah kemewahan, tapi kebutuhan. Delapan tahun KPI RU II adalah bukti bahwa kerja keras, bila disertai doa dan kebersamaan, akan membuahkan berkah yang melimpah. Bagi Anda yang membaca ini dari ujung Riau atau Jakarta, ingatlah: besok, saat Anda menyalakan mesin mobil, ada doa dari Sungai Pakning yang ikut menyertai. Semoga Riau terus menebar syukur, menguatkan doa, dan menggapai berkah—untuk generasi mendatang.

Baca Juga
Berita Terbaru
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
  • Syukur Meledak di Kilang Sungai Pakning: UAS Ceramahi Ribuan Jiwa, 'Kerja Ibadah, Silaturahmi Rezeki'
Posting Komentar